Jumat, 26 Desember 2014

Internetan sekaligus dapet Hadiah

0

Apakah kalian sering berselancar di dunia maya? mungkin main game, download film, cari tugas, aktif di sosmed, atau hanya sekedar internetan tanpa tujuan yang jelas??? 

Nah bagi kalian yang ingin internetan dan sekaligus dapet hadiah-hadiah menarik (internetan gratis tapi menguntungkan) ada sebuah website cocok bagi kalian yang setiap hari terkoneksi dengan internet. Jadi disaat kalian berselancar di dunia internet kalian juga bisa mendapaat kesempatan untuk mendapatkan hadiah-hadiah menarik yang dapat kalian pilih. Istilahnya "sambil menyelam minum air" atau "sekali mendayung dua, tiga pulau terlampaui...

Gimana caranya????

Kalian cukup mendaftarkan diri (dengan akun sosmed atau bikin baru) ke website User Baidu Experience. Nih linknya....

lalu kalian akan mendapatkan tugas-tugas menarik yang jika kalian dapat menyelesaikan tugas tersebut, kalian akan mendapatkan kupon. Lalu dengan kupon tersebut kalian dapat menukarkan hadiah-hadiah yang menarik tergantung dengan jumlah kupon yang kalian miliki karena semakin bagus hadiahnya semakin banyak pula kupon yang harus kalian kumpulkan. Dan yang paling menarik semua ini GRATISS....



Jika kalian berminat langsung aja Klik link diatas...
Thaks...

Senin, 01 Desember 2014

Manfaat Kopi Bagi Kesehatan Tubuh Manusia

0

Tahukah Anda??? Kopi adalah minuman yang berwarna hitam dan berasal dari pengolahan biji kopi yang diekstrak dan kemudian masuk dalam proses pembakaran atau melalui proses pemanggangan. Ada beberapa macam metode dan pengolahan yang berbeda-berbeda pada perusahaan kopi biasanya.

Kopi merupakan minuman yang banyak digemari di negara Indonesia dari dahulu hingga sekarang. Ada banyak macam kopi yang dsajikan di tiap-tiap daerah dan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Mungkin hampir tiap pagi anda menikmati kopi dengan ditemani sajian makanan ringan, namun banyak dari kita tahu akan bahaya kopi bagi kesehatan tubuh kita tapi tetap saja mengkonsumsinya. Ya, benar, di dalam kopi terdapat kandungan caffeine yang dapat memacu peredaran darah di dalam tubuh manusia. Kopi juga mengandung protein asam Chiorogen yang merangsang asam chlorida keluar di lambung. Caffein murni bisa menjadi racun dalam konsentrasi yang peka.

Akan tetapi tahukan anda bahwa kopi juga mempunyai banyak manfaat atau khasiat bagi kesehatan tubuh kita?. Nah, berikut dibawah ini ada beberapa manfaat kopi bagi kesehatan tubuh luar maupun dalam.

Manfaat Kopi bagi Kesehatan manusia.

1. Mencegah penyakit Diabetes

Seseorang yang meminum kopi sebanyak 3-4 cangkir reguler dan dengan kadar kaffein yang dikurangi bisa menurunkan resiko dari pengembangan penyakit Diabetes tipe II sampai 30 persen. Asam klorogenik yang terdapat di kopi bisa mencegah terjadinya resistensi insulin. Resisten insulin adalah tanda-tanda dari terkenanya penyakit diabetes.

2. Dapat menghilangkan bau mulut akibat Jengkol atau petai

Kopi ternyata dapat menghilangkan bau mulut bagi anda yang suka menikmati makanan yang terdapat jengkol atau petai. Anda bisa menggunakan cara ini, kunyahlah bubuk kopi secukupnya dalam beberapa menit kemudian minumlah air putih. Dengan cara tersebut bau mulut akibat jengkol atau petai dapat hilang.

3. Melindungi gigi anda

Dengan kandungan kaffein yang ada pada kopi bisa kita bisa mendapatkan kemampuan anti lengket dan anti bakteri pada rongga mulut dan gigi kita. Anti lengket dan anti bakteri tersebut bisa menjaga bakteri penyebab terjadinya lubang pada lapisan gigi anda. Dan apabila anda minum secangkir kopi setiap hari dapat mencegah hingga separuh terjadinya resiko kanker mulut.

4. Kopi Melembutkan kulit dan menghaluskan tangan
Kopi dapat juga melembutkan kulit dan menghaluskan tangan anda, Dengan cara melulurkan kopi pada tubuh anda dan dicampur dengan sedikit air panas. Di luar negeri, luluran kopi sudah menjadi hal biasa bagi mereka dan terbukti khasiatnya dapat menghaluskan tangan dan kulit.

5. Nutrisi Otak dan sebagai pereda stress

Bukan sebagai penghilang kantuk saja, aroma kopi bisa menjadi efek relaksasi atau penenangan tubuh. Hal itu bisa meredakan stress yang ada di dalam tubuh dan pikiran anda. Dan kandungan kaffein bisa menjaga fungsi otak anda tetap terjaga.

Sabtu, 08 November 2014

Pidato Wisudawan Terbaik,

0



Setiap acara wisuda di kampus selalu ada pidato sambutan dari salah seorang wisudawan. Biasanya yang terpilih memberikan pidato sambutan adalah pribadi yang unik, tetapi tidak selalu yang mempunyai IPK terbaik. Sepanjang yang saya pernah ikuti, isi pidatonya kebanyakan tidak terlalu istimewa, paling-paling isinya kenangan memorabilia selama menimba ilmu di kampus , kehidupan mahasiswa selama kuliah, pesan-pesan, dan ucapan terima kasih kepada dosen dan teman-teman civitas academica.

Beberapa hari yang lalu saya menerima kiriman surel dari teman di milis dosen yang isinya cuplikan pidato Erica Goldson (siswi SMA) pada acara wisuda di Coxsackie-Athens High School, New York, tahun 2010. Erica Goldson adalah wisudawan yang lulus dengan nilai terbaik pada tahun itu.

“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.

Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.

Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.

Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?

Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”

Hmmm… setelah membaca pidato wisudawan terbaik tadi, apa kesan anda? Menurut saya pidatonya adalah sebuah ungkapan yang jujur, tetapi menurut saya kejujuran yang “menakutkan”. Menakutkan karena selama sekolah dia hanya mengejar nilai tinggi, tetapi dia meninggalkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam bidang lain, seperti hobi, ketrampilan, soft skill, dan lain-lain. Akibatnya, setelah dia lulus dia merasa gamang, merasa takut terjun ke dunia nyata, yaitu masyarakat. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi, dia sendiri tidak tahu apa yang dia inginkan di dalam hidup ini.

Saya sering menemukan mahasiswa yang hanya berkutat dengan urusan kuliah semata. Obsesinya adalah memperoleh nilai tinggi untuk semua mata kuliah. Dia tidak tertarik ikut kegiatan kemahasiswaan, baik di himpunan maupun di Unit Kegiatan Mahasiswa. Baginya hanya kuliah, kuliah, dan kuliah. Memang betul dia sangat rajin, selalu mengerjakan PR dan tugas dengan gemilang. Memang akhirnya IPK-nya tinggi, lulus cum-laude pula. Tidak ada yang salah dengan obsesinya mengejar nilai tinggi, sebab semua mahasiswa seharusnya seperti itu, yaitu mengejar nilai terbaik untuk setiap kuliah. Namun, untuk hidup di dunia nyata seorang mahasiswa tidak bisa hanya berbekal nilai kuliah, namun dia juga memerlukan ketrampilan hidup semacam soft skill yang hanya didapatkan dari pengembangan diri dalam bidang non-akademis.

Nah, kalau mahasiswa hanya berat dalam hard skill dan tidak membekali dirinya dengan ketrampilan hidup, bagaimana nanti dia siap menghadapi kehidupan dunia nyata yang memerlukan ketrampilan berkomunikasi, berdiplomasi, hubungan antar personal, dan lain-lain. Menurut saya, ini pulalah yang menjadi kelemahan alumni yang disatu sisi sangat percaya diri dengan keahliannya, namun lemah dalam hubungan antar personal. Itulah makanya saya sering menyemangati dan menyuruh mahasiswa saya ikut kegiatan di Himpunan mahasiswa dan di Unit-Unit Kegiatan, agar mereka tidak menjadi orang yang kaku, namun menjadi orang yang menyenangkan dan disukai oleh lingkungan tempatnya bekerja dan bertempat tinggal. Orang yang terbaik belum tentu menjadi orang tersukses, sukses dalam hidup itu hal yang lain lagi.

Menurut saya, apa yang dirasakan wisudawan terbaik Amerika itu juga merupakan gambaran sistem pendidikan dasar di negara kita. Anak didik hanya ditargetkan mencapai nilai tinggi dalam pelajaran, karena itu sistem kejar nilai tinggi selalu ditekankan oleh guru-guru dan sekolah. Jangan heran lembaga Bimbel tumbuh subur karena murid dan orangtua membutuhkannya agar anak-anak mereka menjadi juara dan terbaik di sekolahnya. Belajar hanya untuk mengejar nilai semata, sementara kreativitas dan soft skill yang penting untuk bekal kehidupan terabaikan. Sistem pendidikan seperti ini membuat anak didik tumbuh menjadi anak “penurut” ketimbang anak kreatif.

berikut teks dalam bahasa inggeis

by Erica Goldson

Here I stand

There is a story of a young, but earnest Zen student who approached his teacher, and asked the Master, “If I work very hard and diligently, how long will it take for me to find Zen? The Master thought about this, then replied, “Ten years.” The student then said, “But what if I work very, very hard and really apply myself to learn fast – How long then?” Replied the Master, “Well, twenty years.” “But, if I really, really work at it, how long then?” asked the student. “Thirty years,” replied the Master. “But, I do not understand,” said the disappointed student. “At each time that I say I will work harder, you say it will take me longer. Why do you say that?” Replied the Master, “When you have one eye on the goal, you only have one eye on the path.”

This is the dilemma I’ve faced within the American education system. We are so focused on a goal, whether it be passing a test, or graduating as first in the class. However, in this way, we do not really learn. We do whatever it takes to achieve our original objective.

Some of you may be thinking, “Well, if you pass a test, or become valedictorian, didn’t you learn something? Well, yes, you learned something, but not all that you could have. Perhaps, you only learned how to memorize names, places, and dates to later on forget in order to clear your mind for the next test. School is not all that it can be. Right now, it is a place for most people to determine that their goal is to get out as soon as possible.

I am now accomplishing that goal. I am graduating. I should look at this as a positive experience, especially being at the top of my class. However, in retrospect, I cannot say that I am any more intelligent than my peers. I can attest that I am only the best at doing what I am told and working the system. Yet, here I stand, and I am supposed to be proud that I have completed this period of indoctrination. I will leave in the fall to go on to the next phase expected of me, in order to receive a paper document that certifies that I am capable of work. But I contend that I am a human being, a thinker, an adventurer – not a worker. A worker is someone who is trapped within repetition – a slave of the system set up before him. But now, I have successfully shown that I was the best slave. I did what I was told to the extreme. While others sat in class and doodled to later become great artists, I sat in class to take notes and become a great test-taker. While others would come to class without their homework done because they were reading about an interest of theirs, I never missed an assignment. While others were creating music and writing lyrics, I decided to do extra credit, even though I never needed it. So, I wonder, why did I even want this position? Sure, I earned it, but what will come of it? When I leave educational institutionalism, will I be successful or forever lost? I have no clue about what I want to do with my life; I have no interests because I saw every subject of study as work, and I excelled at every subject just for the purpose of excelling, not learning. And quite frankly, now I’m scared.

John Taylor Gatto, a retired school teacher and activist critical of compulsory schooling, asserts, “We could encourage the best qualities of youthfulness – curiosity, adventure, resilience, the capacity for surprising insight simply by being more flexible about time, texts, and tests, by introducing kids into truly competent adults, and by giving each student what autonomy he or she needs in order to take a risk every now and then. But we don’t do that.” Between these cinderblock walls, we are all expected to be the same. We are trained to ace every standardized test, and those who deviate and see light through a different lens are worthless to the scheme of public education, and therefore viewed with contempt.

H. L. Mencken wrote in The American Mercury for April 1924 that the aim of public education is not “to fill the young of the species with knowledge and awaken their intelligence. … Nothing could be further from the truth. The aim … is simply to reduce as many individuals as possible to the same safe level, to breed and train a standardized citizenry, to put down dissent and originality. That is its aim in the United States.”

To illustrate this idea, doesn’t it perturb you to learn about the idea of “critical thinking?” Is there really such a thing as “uncritically thinking?” To think is to process information in order to form an opinion. But if we are not critical when processing this information, are we really thinking? Or are we mindlessly accepting other opinions as truth?

This was happening to me, and if it wasn’t for the rare occurrence of an avant-garde tenth grade English teacher, Donna Bryan, who allowed me to open my mind and ask questions before accepting textbook doctrine, I would have been doomed. I am now enlightened, but my mind still feels disabled. I must retrain myself and constantly remember how insane this ostensibly sane place really is.

And now here I am in a world guided by fear, a world suppressing the uniqueness that lies inside each of us, a world where we can either acquiesce to the inhuman nonsense of corporatism and materialism or insist on change. We are not enlivened by an educational system that clandestinely sets us up for jobs that could be automated, for work that need not be done, for enslavement without fervency for meaningful achievement. We have no choices in life when money is our motivational force. Our motivational force ought to be passion, but this is lost from the moment we step into a system that trains us, rather than inspires us.

We are more than robotic bookshelves, conditioned to blurt out facts we were taught in school. We are all very special, every human on this planet is so special, so aren’t we all deserving of something better, of using our minds for innovation, rather than memorization, for creativity, rather than futile activity, for rumination rather than stagnation? We are not here to get a degree, to then get a job, so we can consume industry-approved placation after placation. There is more, and more still.

The saddest part is that the majority of students don’t have the opportunity to reflect as I did. The majority of students are put through the same brainwashing techniques in order to create a complacent labor force working in the interests of large corporations and secretive government, and worst of all, they are completely unaware of it. I will never be able to turn back these 18 years. I can’t run away to another country with an education system meant to enlighten rather than condition. This part of my life is over, and I want to make sure that no other child will have his or her potential suppressed by powers meant to exploit and control. We are human beings. We are thinkers, dreamers, explorers, artists, writers, engineers. We are anything we want to be – but only if we have an educational system that supports us rather than holds us down. A tree can grow, but only if its roots are given a healthy foundation.

For those of you out there that must continue to sit in desks and yield to the authoritarian ideologies of instructors, do not be disheartened. You still have the opportunity to stand up, ask questions, be critical, and create your own perspective. Demand a setting that will provide you with intellectual capabilities that allow you to expand your mind instead of directing it. Demand that you be interested in class. Demand that the excuse, “You have to learn this for the test” is not good enough for you. Education is an excellent tool, if used properly, but focus more on learning rather than getting good grades.

For those of you that work within the system that I am condemning, I do not mean to insult; I intend to motivate. You have the power to change the incompetencies of this system. I know that you did not become a teacher or administrator to see your students bored. You cannot accept the authority of the governing bodies that tell you what to teach, how to teach it, and that you will be punished if you do not comply. Our potential is at stake.

For those of you that are now leaving this establishment, I say, do not forget what went on in these classrooms. Do not abandon those that come after you. We are the new future and we are not going to let tradition stand. We will break down the walls of corruption to let a garden of knowledge grow throughout America. Once educated properly, we will have the power to do anything, and best of all, we will only use that power for good, for we will be cultivated and wise. We will not accept anything at face value. We will ask questions, and we will demand truth.

So, here I stand. I am not standing here as valedictorian by myself. I was molded by my environment, by all of my peers who are sitting here watching me. I couldn’t have accomplished this without all of you. It was all of you who truly made me the person I am today. It was all of you who were my competition, yet my backbone. In that way, we are all valedictorians.

I am now supposed to say farewell to this institution, those who maintain it, and those who stand with me and behind me, but I hope this farewell is more of a “see you later” when we are all working together to rear a pedagogic movement. But first, let’s go get those pieces of paper that tell us that we’re smart enough to do so!

berikut video ketika acara wisuda
<iframe width="420" height="315" src="//www.youtube.com/embed/9M4tdMsg3ts" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Senin, 13 Oktober 2014

FAKTA-FAKTA TENTANG HARIMAU

0


Dalam rantai makanan harimau sebagai carnivora (pemakan daging) berada pada piramida paling atas, sehingga tidak heran jika si harimau disebut sebut sebagai raja hutan. Karena habitat alaminya adalah di hutan, sehingga hewan ini paling ditakuti karena alasan tersebut diatas. Banyak yang kagum dengan karakter dan perilaku harimau karena keakuratan dalam berburu, kemampuan bertahan hidup dan keganasannya di hutan. Keunggulan dan keistimewaan ini yang membuat hewan ini di hormati dan sekaligus ditakuti di habitatnya. Agar anda memahami lebih jauh tentang harimau, berikut kami informasikan fakta-fakta menarik tentang harimau.

Penglihatan Harimau 
1. Bentuk pupil harimau yang bulat, tidak seperti pupil kucing yang seperti garis lurus membuktikan bahwa harimau adalah hewan yang aktifitasnya pada siang hari. Sehingga waktu berburu harimau dilakukan pada pagi dan sore hari. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa secara alami harimau bukan hewan Nokturnal (hewan malam)

2. Walaupun penglihatan harimau pada malam hari tidak sebagus kucing, tetapi masih lebih baik dari penglihatan manusia, penglihatan harimau 6 kali lebih baik dari penglihatan manusia. Beberapa kasus masuknya harimau ke perkampungan karena habitat alaminya terancam biasanya harimau tidak menyerang secara brutal dan membabi buta, tetapi harimau bersembunyi diluar kampung dan menyerang manusia yang sendirian pada saat petang atau menjelang malam. Waktu penyerangan pada saat petang karena pada saat itu penglihatan manusia kurang awas.

3. Secara umum warna mata pada harimau adalah kuning, kecuali harimau putih yang memiliki warna mata biru karena gen mata menyesuaikan gen pada bulunya yang putih.

4. Bayi bayi harimau tidak dapat melihat (buta) pada minggu pertama kelahiran.

5. Penglihatan harimau seperti pada penglihatan manusia, sehingga harimau bisa membedakan warna.

Kekuatan Harimau
1. Harimau adalah hewan yang pandai berenang. Sehingga tidak heran jika harimau bisa berenang sejauh puluhan kilometer untuk mendapatkan mangsa.

2. Kecepatan lari harimau bisa mencapai 60 Km/jam untuk jarak tempuh yang pendek.

3. Kemampuan melompat harimau bisa mencapai 6 meter jauhnya dan ketinggian 5 meter.

4. Harimau memiliki kemampuan untuk meniru suara panggilan hewan lain sehingga mangsa tertarik dan mendekat. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Animal Planet.

5. Seperti hewan pemangsa lainnya, biasanya harimau membunuh mangsanya dengan mencekik leher dan memutuskan arteri pada leher hewan mangsa. Jika hewan mangsa masih hidup biasanya harimau akan membawanya sampai si mangsa mati. Memutus arteri pada leher hewan mangsa adalah strategi yang cerdik, karena dengan putusnya arteri pada leher akan mempercepat hewan mangsa mati, disisi lain pada bagian leher adalah bagian yang paling lunak hewan mangsa.

6. Harimau memiliki kaki belakang yang kuat yang memampukannya untuk berlari cepat. Selain kaki belakang yang kuat harimau juga memiliki cakar yang dapat menghancurkan tengkorak beruang hanya sekali tebas.

7. Seperti kucing, daya ingat (memori) harimau sangat kuat. Memori jangka pendek harimau bisa menyimpan 30 puluh kali lebih kuat dari manusia, dan ratusan kali dibanding simpanse. Harimau tidak mudah lupa pada apa yang dia alami, akan apa yang terjadi.

8. Berat otak harimau sekira 300 gram. Ini adalah otak terbesar dari semua karnivora kecuali beruang kutub.

9. Dalam berburu Harimau memiliki kemampuan beradaptasi. Ketika mendapatkan mangsa maka harimau akan menggigit bagian leher mangsa agar cepat mati. Harimau juga termasuk hewan yang pandai berenang. Saat berenang di sungai dan bertemu dengan buaya maka harimau akan mencocok mata buaya sampai buta dan membalikkan badan buaya sampai bisa mengeluarkan isi perut buaya. Hal ini dikarenakan bagian perut buaya adalah bagian tubuh yang paling lunak. Dan tidak memungkinkan bagi harimau menggigit leher buaya karena dilindungi dengan kulit yang tebal.

10. Liur dari harimau adalah antiseptik sehingga saat harimau terluka maka cukup hanya menjelati luka tersebut maka luka menjadi lekas sembuh karena air liur harimau juga sebagai desinfektan.

11. Pada bagian lidah harimau terdapat bulu bulu berdaging. Fungsinya saat mendi dan menjilati tubuhnya maka sekaligus menyisir bulu bulu tersebut.

Interaksi Harimau dalam Komunitasnya.
1. Secara alami harimau jarang mengaum atau mengeluarkan suaranya, mereka hanya mengaum hanya saat berkomunikasi dengan harimau lain.

2. Batas wilayah atau teritori dari harimau dilakukan dengan menggores pohon pohon dan pohon tersebut di kencingi. Dengan mencium aroma urine maka itu adalah batas wilayahnya.

3. Dengan mencium aroma urine maka harimau lain bisa mengetahui usia dan jenis kelamin dan kondisi reproduksi harimau lainnya.

4 Wilayah harimau jantan lebih luas dari harimau betina. Tiap tiap harimau memiliki wilayahnya sendiri sendiri dan tidak pernah satu kawasan dikuasai oleh harimau lain.

5. Harimau jantan sebagai pelindung keluarga. Harimau jantan selalu menunggu betina dan anak anaknya makan hasil buruan terlebih dahulu. Keandan ini berbeda dengan perilaku singa.

6. Harimau betina memiliki masa subur dalam hitungan hari dalam satu tahun yaitu masa subur antara 4-5 hari saja sepanjang tahun. Pada saat itu maka kelompok harimau melakukan musim kawin. Jika harimau betina dibuahi maka akan hamil selama 3 bulan dan melahirkan sekitar 2-3 anak harimau.

Kemampuan Berburu Harimau

1. Pada umumnya dari 10 kali perburuan biasanya baru satu yang membuahkan hasil bagi seekor harimau. Tidak jarang harimau pergi selama beberapa hari tanpa makan sebelum akhirnya sukses mendapatkan buruannya.

2. Harimau adalah termasuk hewan yang tidak tahan terhadap rasa lapar, hal ini mungkin karena ukuran tubuhnya yang besar. Umumnya harimau akan mati karena kelaparan jika tidak makan salam waktu 2-3 minggu.

3. Dalam berburu biasanya dilakukan sendiri, keadaan ini juga tergantung dari ukuran hewan yang diburu. Jika ukuran hewan buruannya besar maka mereka melakukan pola penyergapan bersama kawanannya. Harimau juga termasuk hewan yang suka menyergap saat berpapasan dengan harimau lain di hutan, Dan jarang sekali menyerang manusia jika tidak terancam.

Persilangan Harimau saat perkawinan

1. Di penangkaran, harimau bisa kawin dengan singa atau kucing lain. Jika perkawinan terjadi antara Singa jantan dan harimau betina maka akan menghasilkan keturunan dengan ukuran besar yang disebut dengan Ligers. Sedangkan jika terjadi perkawinan antara harimau jantan dan singa betina maka akan menghasilkan jenis Tiglon yang memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil.

2. Jenis Ligers bisa tumbuh dengan ukuran 4 meter. Sehingga wajar jika jenis Liger dinobatkan sebagai kucing terbesar di dunia.

Fakta lainnya tentang Harimau
1. Dari semua jenis kucing maka harimau termasuk yang terbesar. Harimau Siberia bisa memiliki ukuran sampai 3,5 meter panjangnya dan berat tubuhnya bisa 300 Kg. Sementara harimau Sumatra memiliki ukuran tubuh 2 meter dengan bobot 100 Kg.

2. Garis garis pada tubuh harimau berbeda beda sehingga dengan melihat bentuk dan pola garis garis pada tubuh harimau bisa mengidentifikasi spesies. Fungsi garis garis pada tuhuh harimau seperti sidik jari pada manusia.

3. Di dunia saat ini hanya ada enam subspesies dari harimau yaitu harimau Siberia (Panthera tigris Altai a), harimau China Selatan (Panthera tigris amoyensis), harimau Indocina (Panthera tigris corbetti), harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), dan harimau Bengal (Panthera tigris tigris).

4. Sedangkan ada tiga subpesies harimau yang sudah punah yaitu harimau bali (Panthera tigris balica), harimau jawa (Panthera tigris sondaica), dan harimau kaspia (Panthera tigris virgata).

5. Menurut hasil konservasi para peneliti diperkirakan di alam liar hanya ada sekitar 3.500 harimau saja.

6. Masa hidup harimau bisa sampai berusia 25 tahun baik dipenangkaran maupun di alam liar.

Selasa, 09 September 2014

Tujuh Keajaiban Dunia

0



Sekelompok murid ditugaskan untuk membuat daftar tentang segala sesuatu yang mereka anggap sebagai tujuh keajaiban dunia. Meskipun terjadi beberapa ketidaksepakatan, namun kebanyakan murid membuat daftar sebagai berikut:

1. Piramid di Mesir

2. Taj Mahal

3. Grand Canyon

4. Terusan Panama

5. Empire State Building

6. St. Peter’s Basilica

7. Tembok Cina

Ketika mengumpulkan kertas para murid, Pak Guru memperhatikan ada seorang murid perempuan yang belum menyerahkan daftarnya, lalu ia bertanya apakah ia mengalami kesulitan dalam menyusun daftarnya.

Murid perempuan itu menjawab, “Ya, ada kesulitan sedikit. Aku tidak bisa memutuskan mana yang harus kudaftar. Ada begitu banyak keajaiban.”

Pak Guru berkata, “Jika demikian, bacakan kepadaku apa-apa yang telah kau catat, mungkin nanti aku bisa membantumu.”

Murid itu ragu sejenak, tapi kemudian membacakan daftarnya, “Menurutku, tujuh keajaiban dunia adalah:

1. Menyentuh

2. Merasakan

3. Melihat

4. Mendengar

Ia ragu sejenak lalu menambahkan:

5. Meraba

6. Tertawa

7. Dan Mencintai”

Ruang kelas menjadi begitu sunyi sehingga suara jarum jatuh pun dapat terdengar.

***

Kegiatan yang sering kita abaikan, kita anggap sepele, dan biasa sesungguhnya merupakan kegiatan yang menajubkan. Ini adalah peringatan bahwa, hal-hal yang paling berharga dalam kehidupan adalah hal-hal yang tidak dapat kita beli.

Kamis, 14 Agustus 2014

Nilai Sejati

0


Seorang pembicara terkenal memulai seminarnya dengan memegang uang $100 dalam ruang yang berisi 200 orang.

“Siapa yang mau uang $100 ini?” tanyanya kepada peserta seminar.

Semua tangan terangkat ke atas.

“Aku akan memberikan uang ini kepada salah seorang dari kalian, tapi biar aku beginikan dulu….,” katanya sambil membuat kusut uang itu.

Setelah uang itu benar-benar kusut, ia bertanya lagi, “Siapa yang masih menginginkan uang ini?”

Semua tangan mengacung ke atas.

“Nah…,” kata si pembicara, “bagaimana kalau aku beginikan?”

Ia menjatuhkan uang itu ke lantai lalu menggilas-gilas dengan sepatunya. Setelah uang itu benar-benar kusut dan kongtor, ia mengambilnya.

“Nah, sekarang siapa yang masih menghendaki uang ini?,” tanya si pembicara.

Tangan-tangan masih mengacung ke atas.

“Sahabat-sahabatku, kalian semua telah mempelajari sesuatu pelajaran penting. Apapun yang kulakukan terhadap uang ini, kalian masih menginginkannya, karena uang ini tidak berkurang nilainya. Ia masih tetap $100,” jelas si pembicara.

*****

Berulang kali dalam hidup ini, kita jatuh, kusut, dan tergilas dalam kotoran akibat keputusan yang kita ambil sendiri, atau keadaan yang menghalangi kita. Kita merasa seakan-akan tidak berharga lagi. Namun, apapun yang telah dan akan terjadi, kalian tidak pernah kehilangan nilai kalian.

Kotor… bersih… kusut… atau rapi, kalian masih tetap berharga di mata orang-orang yang mencintai kalian.

Kalian adalah istimewa… jangan lupakan itu.

Hitunglah berbagai nikmat yang telah kalian terima selama ini, jangan hanya hitung problem kalian.

Selasa, 12 Agustus 2014

Kehidupan Di Desa

0



Suatu hari seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya membawa anaknya ke desa untuk menunjukkan kepadanya kehidupan orang-orang miskin. Mereka tinggal beberapa hari di rumah seorang petani miskin. Sekembalinya dari desa, sang ayah bertanya kepada anaknya, “Bagaimana menurutmu perjalanan kita ini?”

“Hebat, Ayah,” kata anaknya.

“Apakah kau melihat bagaimana orang-orang miskin itu hidup?”

“Ya.”

“Lalu pelajaran apa yang dapat kau ambil dari perjalanan itu?” tanya ayahnya dengan bangga.

“Aku baru sadar bahwa kita punya dua anjing sedangkan mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai tengah kebun, sedang mereka mempunyai sungai yang tak memiliki ujung. Kita mengimpor lentera untuk kebun kita, mereka memiliki bintang-bintang di malam hari. Teras kita sampai halaman depan, sedang mereka memiliki seluruh Horizon. Kita memiliki tanah tempat tinggal yang kecil, mereka memiliki halaman sejauh mata memandang. Kita mempunyai pembantu-pembantu yang melanyani kita, sedang mereka memberikan pelayanan kepada orang lain. Kita membeli makanan kita, mereka memetik sendiri makanan mereka. Kita memiliki pagar yang mengelilingi dan melindungi kekayaan kita, mereka memiliki teman yang melindungi mereka.”

Sampai disini, sang ayah tak bisa berkata apa-apa. Kemudian anaknya menambahkan, “Ayah, terimah kasih, engkau telah menunjukkan betapa miskinnya kita.”

***

Kita sering kali lupa pada segala yang kita meliki dan memusatkan perhatian hanya pada apa-apa yang tidak kita miliki.

Benda-benda yang tidak berniali di mata kita bisa jadi merupakan barang berharga di mata orang lain. Semua itu tergantung pada perspektif seseorang. Banyangkan apa yang terjadi bila kita semua mensyukuri karunia yang telah kita peroleh daripada merasa gelisah karena menghendaki lebih banyak.

Nikmatilah segala yang telah kau miliki, perhatikan kekayaan (nilai) yang terkandung di dalamnya.

Senin, 11 Agustus 2014

Orang Paling Kaya

0



Seorang tuan tanah kaya bernama Carl sering mengendarai kuda mengelilingi perkebunannya yang amat luas dan mengagumi dirinya sendiri atas kekayaannya yang luar biasa.

Suatu hari ketika sedang mengendarai kuda kesanyangannya ia bertemu Hans, petani tua penyewa tanahnya yang sedang duduk di bawah pohon.

“Sedang apa kau?” tanya Carl.

“Aku sedang bersyukur kepada Tuhan atas makanan yang diberikan-Nya kepadaku,” jawab Hans.

“Kalau hanya makanan seperti itu, aku tak perlu harus bersyukur kepada Tuhan,” sanggah Carl.

“Tuhan telah memberiku semua yang kubutuhkan, dan aku merasa bersyukur.” Petani itu kemudian menambahkan, “Aneh sekali kau mampir kemari hari ini. Sebab, tadi malam aku bermimpi, ada suara yang memberitahuku bahwa nanti malam, orang paling kaya di lembah ini akan meninggal dunia. Aku tidak tahu maksud mimpi itu, tapi rasanya aku harus memberitahumu.”

Carl mendengus lalu berkata, “Semua mimpi itu bohong.” Kemudian ia mencoklang kudanya.

Ucapan Hans tadi terus menerus terniang di telinganya. “Orang paling kaya di lembah ini akan mati malam ini.” Jelas sekali bahwa orang paling kaya di lembah ini adalah dia. Malam itu ia mengundang dokter pribadinya, dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh Hans.

Setelah meneliti benar-benar kesehatannya, dokter berkata kepada tuan tanah yang kaya itu, “Pak Carl, Anda sekuat dan sesehat seekor kuda. Tak ada alasan bagimu untuk mati malam ini.”

Meskipun demikian, untuk meyakinkannya, dokter itu tetap tinggal di rumahnya sepanjang malam sambil bermain kartu. Keesokan harinya Carl minta maaf kepada dokter atas kekhawatirannya pada mimpi petani tua itu. Dokter pun kemudian meninggalkan rumahnya.

Kira-kira jam 09:00, seorang pesuruh datang ke rumah Carl. “Ada berita apa?” tanya Carl.

“Ini tentang pak tua Hans,” kata orang itu. “Ia meninggal dunia dalam tidurnya tadi malam.”

Jumat, 08 Agustus 2014

Ini Adalah Sesuatu Yang Baik

0


Sehubungan dengan usah untuk memelihara sikap yang baik dalam keadaan sulit, aku pernah mendengar cerita tentang seorang raja di Afrika yang memiliki seorang sahabat karib sejak masa kecilnya. Sahabat raja ini mempunyai kebiasaan untuk mengucapkan, “Ini adalah sesuatu yang baik” atas semua peristiwa yang terjadi, baik maupun buruk.

Suatu hari, raja dan sahabatnya ini keluar untuk berburu. Seperti biasa, sahabatnya menyiapkan senjata dan mengisi amunisi. Kali ini, temannya melakukan kesalahan dalam menyiapkan amunisi sehingga sang raja secara tidak sengaja menembak ibu jarinya sendiri (karena mengira senjata itu tidak berpeluru). Ibu jari raja terluka parah.

Sahabatnya segera mengamati keadaan ibu jari raja, kemudian berkata, “Ini adalah sesuatu yang baik.” Raja menyanggah, “Tidak . . . tidak . . . ini bukan sesuatu yang baik!” Lalu ia memenjarakan sahabatnya.

Setahun kemudian, sang raja pergi berburu. Ia memasuki suatu daerah yang seharusnya ia jauhi. Sekelompok kanibal (pemangsa manusia) menangkap dan membawanya ke desa mereka. Mereka mengikat tangannya, menyiapkan kayu bakar, memancangkan tiang dan mengikat raja di tiang itu. Ketika hendak membakar kayu, mereka melihat ibu jari raja tidak utuh. Karena kepercayaan mereka terhadap takhayul, bahwa tidak boleh memakan seseorang yang tidak utuh. Mereka lalu melepaskan ikatan raja dan membiarkannya pergi.

Sesampainya di kerajaan, sang raja teringat akan kejadian yang membuatnya kehilangan ibu jari. Ia merasa sangat menyesal atas perlakuannya terhadap sahabatnya. Ia lalu bergegas ke penjara menemui temannya.

“Engkau benar,” katanya, “Ibu jariku tertembak adalah sesuatu yang baik.”

Ia lalu menceritakan kejadian yang belum lama dialaminya.

“Aku menyesal sekali telah memenjarakanmu sangat lama. Sungguh perbuatanku ini sangat buruk,” kata raja penuh penyesalan.

“Tidak,” kata temannya, “Itu adalah sesuatu yang baik!”

“Apa maksudmu?!? Bagaimana mungkin itu adalah sesuatu yang baik sedang aku memenjarakan sahabatku sendiri selama setahun?!?,” kata raja keheranan.

“Kalau aku tidak berada dalam penjara, aku pasti saat itu akan bersamamu . . . dan dimakan oleh para pemangsa manusia itu!” kata temannya.

Kamis, 07 Agustus 2014

Siapa Tahu Nasib Seseorang?

0



Konon dahulu kala, ada seorang petani yang memiliki seorang anak dan seekor kuda. Suatu hari, kuda petani itu lepas entah kemana. Para tetangganya menghibur agar si petani tidak bersedih tentang kudanya yang lepas tersebut. Mereka berkata, “Alangkah malang nasibmu wahai petani, kudamu satu-satunya telah lepas entah kemana!”

Si petani menjawab, “Siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.”

“Tentu saja itu adalah nasibmu yang malang,” kata para tetangganya.

Seminggu kemudian, kuda petani itu tiba-tiba saja pulang dengan sendirinya dan diikuti 20 ekor kuda liar. Para tentangganya datang untuk memberi selamat, “Alangkah mujur nasibmu, kudamu telah pulang, bahkan membawa 20 ekor kuda lain.”

Si petani berkata, “Siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.”

Hari berikutnya, anak si petani menunggang salah satu kuda liat tersebut. Ia terjatuh dari kuda dan patah kakinya.

Para tetangga datang menghibur. Mereka berkata “Alangkah malang nasibmu.”

Petani itu berkata, “Siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.”

Sebagian dari tetangga mulai jengkel lalu mereka berkata, “Tentu saja itu suatu kemalangan, dasar orang tua bodoh!!!”

Seminggu kemudian, sepasukan tentara datang ke desa itu, mendaftar semua pemuda yang layak untuk diterjunkan dalam medang perang yang letaknya sangat jauh dari desa itu. Anak si petani yang patah kakinya tidak terdaftar. Pata tetangga datang untuk mengucapkan selamat, “Alangkah mujurnya nasib anakmu. Ia tidak masuk daftar wajib militer.”

Si petani berkata, “Siapa dapat mengetahui kemujuran seseorang?!”

***

Kita habiskan umur untuk memikirkan semuanya. “Ini baik . . . . itu buruk . . . .” Sebenarnya perbuatan itu sia-sia. Kita memberi label bahwa suatu kejadian adalah malapetaka, padahal kita hanya melihat satu persen dari kejadian seutuhnya.


Rabu, 06 Agustus 2014

Apa Yang Akan Ditanyakan Tuhan

0



Tuhan tidak akan bertanya jenis mobil yang kau kendarai, tapi akan bertanya berapa banyak orang miskin yang kau beri tumpangan.

Tuhan tidak akan bertanya berapa m2 luas rumahku, tapi akan bertanya berapa banyak orang yang kau muliakan di dalamnya.

Tuhan tidak akan bertanya tentang pakaian-pakaian indah yang ada dalam lemarimu, tapi akan bertanya berapa banyak pakaian-pakaian itu telah membantu orang yang membutuhkan.

Tuhan tidak akan bertanya apa jabatanmu, tapi akan bertanya apakah kau melakukan pekerjaanmu dengan baik sesuai kemampuanmu.

Tuhan tidak akan bertanya apa yang kau lakukan untuk dirimu sendiri, tapi akan bertanya apa yang kau lakukan untuk sesama.

Tuhan tidak akan bertanya tentang banyaknya teman yang kau miliki, tapi akan bertanya tentang berapa banyak orang yang menganggapmu teman sejati.

Tuhan tidak akan bertanya tentang yang kau lakukan untuk melindungi hak-hakmu, tapi akan bertanya tentang yang kau lakukan untuk melindungi hak-hak orang lain.

Tuhan tidak akan bertanya di lingkungan mana kau tinggal, tapi akan bertanya tentang perlakuanmu terhadap tetangga di lingkunganmu.

Tuhan tidak akan bertanya tentang warna kulitmu tapi akan bertanya tentang budi pekertimu.

Aku Bersyukur Atas . . .

0

Aku bersyukur:

Atas suami/istriku yang selalu menguasai selimut setiap malam, sebab itu ia tidak berada di luar bersama orang lain.

Atas anak remajaku yang tidak mau mencuci piring kotor tapi malah melihat TV, sebab itu berarti ia di rumah, tidak di jalanan.

Atas pajak yang kubayar, sebab itu berarti aku punya pekerjaan, tidak menganggur.

Atas barang-barang yang kotor dan berantakan setelah pertemuan, sebab itu berarti aku baru saja dikelilingi oleh teman-teman dan orang yang kucintai.

Atas pakaian yang agak sempit, sebab itu berarti aku punya cukup makanan.

Atas bayangan yang menyaksikanku pergi kerja, sebab itu berarti aku bisa menikmati cahaya matahari.

Atas rumput yang harus dipangkas, jendela yang harus dibersihkan, dan talang yang harus diperbaiki, sebab itu berarti aku punya rumah.

Atas semua protes kepada pemerintah, sebab itu berarti kita punya kebebasan mengutarakan pendapat.

Atas tempat parkir yang jauh, sebab itu aku mampu berjalan kaki, dan memiliki kendaraan.

Atas tagihan pemanas rumah yang tinggi, sebab itu berarti aku menikmati kehangatan rumah.

Atas tumpukan pakaian kotor yang harus dicuci dan disetrika, sebab itu berarti aku bisa bekerja keras.

Atas keterlambatanku bangun tidur karena alarm tidak bekerja, sebab itu berarti aku masih hidup.



Kamis, 17 Juli 2014

Pengujian Rangkap Tiga

0


Di zaman Yunani kuno, Socrates dianggap memiliki kedudukan terhormat dalam dunia pengetahuan. Suatu hari temannya bertemu dengan filsuf besar ini lalu berkata, "Tahukah kau berita yang kudengar tentang sahabatmu?"

"Tunggu sebentar!" kata Socrates. "Sebelum kau ceritakan kepadaku, aku ingin kau menjalani tes ringan. Tes ini disebut Tes Saringan Rangkap Tiga."

"Tes Saringan Rangkap Tiga?"

"Benar," kata Socrates melanjutkan, "Sebelum kau bercerita tentang temanku, mungkin sebaiknya kita gunakan waktu sejenak untuk menyaring apa yang hendak kau katakan. Itulah sebabnya kusebut Tes Saringan Rangkap Tiga. Tes pertama adalah Penyaringan KEBENARAN. Apakah kau mutlak yakin bahwa apa yang hendak kau sampaikan ini benar?"

"Tidak," jawab orang itu, "Sesungguhnya aku hanya mendengar berita itu dari orang lain dan . . ."

"Baiklah," kata Socrates. "Jadi kau tidak yakin apakah berita itu benar atau tidak! Sekarang, mari kita lanjutkan dengan tes kedua yang disebut Penyaringan KEBAIKAN. Apakah yang hendak kau ceritakan itu adalah sesuatu yang baik tentang sahabatku?"

"Tidak, justru kebalikannya . . ."

"Jadi," lanjut Socrates, "kau hendak menceritakan kepadaku sesuatu yang buruk tentang temanku padahal kau tidak yakin berita itu benar?!! Meskipun demikian, kau masih mungkin lulus dalam tes ini karena masih ada satu tes lagi, yaitu Penyaringan MANFAAT. Apakah berita tentang temanku yang hendak kau sampaikan ini bermanfaat bagiku?"

"Tidak . . . mungkin tifak benar-benar bermanfaat."

"Nah," kata Socrates, "Jika berita yang hendak kau sampaikan tidak benar, tidak baik dan tidak bermanfaat, lalu mengapa kau hendak menceritakannya kepadaku?"

 ***

 Demikianlah mengapa Socrates dianggap sebagai filsuf besar dan terhormat. Jika kita dapat melindungi sahabat kita dan orang-orang yang kita cintai dengan cara demikian, kita tidak akan bisa dipengaruhi orang lain.

Rabu, 16 Juli 2014

Rahasia Kerja Tuhan 2

0


Seorang anak kecil mengadu kepada neneknya tentang kejadian tidak menyenangkan yang ia alami, masalah keluarga, kesehatan, dan lain-lain sementara neneknya membuat kue.

Neneknya lalu bertanya kepada cucunya apakah ia mau snack. Tentu saja cucunya mengiyakan.

"Mau minum miyak ini?" tanya neneknya.

"Hiii . . . ," kata si anak.

"Bagaimana kalau telur mentah? Mau?"

"Jijik, Nek."
"Mungkin kau mau tepung? Atau soda kue?"

"Nek, semua itu menjijikkan!"
Neneknya lalu menjelaskan, "Semua itu tampak tidak enak, tapi bila dicampur dengan cara yang benar akan menjadi kue yang lezat. Begitu pula cara kerja Tuhan. Sering kali kita bertanya-tanya mengapa Tuhan membiarkan kita melewati masa-masa yang tidak menyenangkan dan sulit. Tapi DIA tahu bahwa apabila semua kejadian itu diletakkan menurut susunan-Nya pasti hasilnya akan baik. Kita harus menaruh kepercayaan kepada-Nya, bahwa semua ketidaknyamanan itu akhirnya akan menjadi sesuatu yang sangat baik."
 ***
Tuhan sangat mencintaimu, DIA mengirimkan kepadamu bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi. Kapanpun kau berbicara kepada-Nya, DIA selalu mendengarkan. DIA dapat tinggal di mana pun di jagad raya ini, tapi DIA memilih tinggal di hatimu.

Selasa, 15 Juli 2014

Rahasia Kerja Tuhan 1

0



Satu-satunya penumpang yang selamat dari kecelakaan kapal laut, terdampar di pulau kecil yang kosong. Ia berdo'a agar Tuhan menolongnya. Setiap hari ia melihat ke kaki langit mengharapkan pertolongan, tetapi tak ada satu pun kapal yang datang.

Setelah lelah menanti pertolongan yang tak kunjung datang, ia kemudian membangun pondok kecil dari kayu-kayu yang hanyut untuk berteduh dan menyimpan harta bendanya.

Suatu hari, setelah mencari makanan, ia pulang dan mendapati pondok kecilnya terbakar. Asap bergulung-gulung naik ke angkasa. Hal yang paling buruk telah terjadi, ia kehilangan semua harta bendanya.

 Ia berdiri terpaku diliputi perasaan sedih bercampur marah.

"TUHAN. . . , TEGANYA KAU BERBUAT DEMIKIAN TERHADAPKU!" teriaknya.

keesokan harinya, ia terbangun oleh suara kapal yang mendekati daratan. Kapal itu datang untuk menolongnya.

"Bagaimana kau tahu aku ada di sini,?" tanyanya kepada si penolong.

"Kami melihat asap yang kau kirimkan," jawabnya.

***

Kita mudah sekali menjadi kecil hati bila urusan tidak berjalan dengan baik. Kita mudah putus asa bila sedang sedih dan menderita, padahal Tuhan selalu mengurus kehidupan kita.

Ingatlah, lain kali bila pondok kecilmu terbakar rata dengan tanah, boleh jadi adalah asap untuk mohon pertolongan. 


Jumat, 11 Juli 2014

FAMILY

0


Aku menabrak seseorang yang tidak kukenal yang sedang lewat. Aku berkata, “Oh, maafkan aku.” Ia berkata, “Maafkan juga aku. Aku tidak melihatmu.”

Kami saling bersikap sangat sopan; aku dan orang yang tidak kukenal itu. Kemudian kami saling mengucap selamat tinggal dan melanjutkan perjalanan.

Peristiwa di atas bila terjadi di rumah akan menjadi sangat berbeda. Renungkan bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita cintai; tua maupun muda!

Masih di hari yang sama, malam itu aku memasak makan malam. Anak perempuanku diam-diam berdiri di sebelahku. Ketika berbalik, aku hampir saja menabraknya.

“Menyingkirlah kau,” bentakku sambil mengernyitkan alis.

Ia pun pergi dengan membawa luka di hati. Aku tidak sadar betapa aku telah berkata sangat kasar kepadanya.

Malam itu ketika aku berbaring di tempat tidur, terdengar suara lembut Tuhan, “Ketika berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kau bersikap sangat santun. Tapi terhadap anakmu sendiri, kau berlaku kejam. Coba lihatlah di lantai dapur, kau akan mendapati beberapa kuntum bunga tergeletak dekat pintu. Itu adalah bunga yang akan diberikan kepadamu. Anakmu memetiknya sendiri; merah muda, kuning, dan biru. Ia sengaja berdiri diam-diam di sebelahmu untuk memberikan kejutan. Kau bahkan tidak melihat matanya basah berkaca-kaca.”

Saat itu aku merasa sangat kerdil, dan air mataku mulai berjatuhan. Perlahan-lahan aku pergi ke kamarnya, lalu berlutut di dekat tempat tidurnya.

“Bangun, anak kecil, bagunlah,” kataku lembut. “Apakah bunga-bunga ini kau petik untukku?”

Ia tersenyum, “Aku melihatnya di luar di dekat pohon lalu memetiknya karena bunga-bunga itu cantik sepertimu. Aku tahu kau pasti menyukainya, terutama yang biru.”

“Anakku, aku menyesal atas sikapku tadi. Tidak seharusnya aku berteriak kepadamu seperti itu,” kataku.

“Tidak apa-apa, Mama. Aku tetap mencintaimu.”

“Anakku, aku juga mencintaimu. Aku memang suka bunga-bunga itu, terutama yang berwarna biru.”

***

Sadarlah kau, apabila kita mati esok, perusahaan tempat kita bekerja dapat dengan mudah mencari pengganti kita dalam waktu beberapa hari saja. Namun, keluarga yang kita tinggalkan akan merasa kehilangan sepanjang hidup mereka. Meski demikian, kita lebih banyak mencurahkan segenap yang ada pada kita untuk pekerjaan, bukan untuk keluarga. Sungguh investasi yang tidak bijaksana.

Pesan apa yang dapat kau tangkap di balik cerita ini?

Tahukah kau kepanjangan dari kata family (keluarga)?

FAMILY = [F]ather [A]nd [M]other, [I] [L]ove [Y]ou! (Ayah dan Ibu, aku cinta kepadamu!)

Kamis, 10 Juli 2014

Segenap Kekuatanmu

0



Seorang lelaki bersama anaknya umur 10 tahun mendaki gunung. Si anak berhenti untuk mengamati batu yang berukuran sedang yang terletak di tengah jalan.

“Ayah, bagaimana pendapatmu, mampukah aku menggeser batu itu?”

Ayahnya melihat batu itu lalu berkata, “Ya, asal kau gunakan segenap kekuatan yang kau miliki, kau pasti mampu menggesernya.”

Si anak lalu memasang kuda-kuda dan mendorong batu itu dengan segeap tenaga, tetapi batu itu bergeming.

“Ahh… ternyata perkiraanmu keliru, Yah, aku tidak bisa menggeser batu itu,” kata anaknya.

“Tidak Nak, aku tidak keliru. Aku tadi berkata, kau dapat menggesernya bila menggunakan segenap kekuatan yang kau miliki. Namun, kau tidak menggunakan semua kekuatanmu; kau tidak meminta bantuanku.”

Selasa, 08 Juli 2014

Kubangan Lumpur Dan Semak-Semak

0



Apabila aku melihat sebidang tanaman rumput, aku hanya melihat kumpulan semak-semak yang hanya akan mengotori halamanku.

Namun, anakku membayangkannya sebagai bunga untuk Mamanya, lalu meniup bulu-bulu tipis yang mengelilingi bunganya.

Apabila aku melihat pemabuk tua yang tersenyum kepadaku, aku membanyangkan orang yang jorok dan bau yang mungkin mengharap pemberian uang dariku. Kemudian aku pun menyingkir jauh-jauh darinya.

Namun, anakku melihatnya sebagai orang yang tersenyum kepadanya lalu ia membalas senyumnya.

Apabila aku mendengar musik yang kusukai, aku tahu aku tidak dapat mengikuti nada dan ritmenya. Jadi aku hanya duduk mendengarkan dengan asyik.

Namun, anakku dapat merasakan pukulan dan ketukannya lalu bergerak mengikuti iramanya. Ia juga melantunkan liriknya, dan bila tidak hapal ia mengarang sendiri syairnya.


Apabila aku merasakan hembusan angin di mukaku, aku segera mengambil sikap membelakanginya karena tiupannya hanya akan mengacaukan tatanan rambutku dan menahan laju langkahku.

Namun, anakku menutup matanya, mengembangkan kedua tangannya, lalu bergaya seakan ia terbang. Tidak lama kemudian terdengar suara tawanya mengiringi tubuhnya yang jatuh bergulingan.

Apabila aku berdo’a aku berkata, “Tuhan berilah aku ini, karuniailah aku itu.” Anakku berkata, “Tuhan, terima kasih, Engkau telah memberiku berbagai mainan dan mengenalkanku kepada banyak teman. Singkirkanlah mimpi buruk dariku malam ini. Maaf, aku belum ingin pergi ke Surga sekarang karena khawatir rindu kepada Ibu dan Ayahku.”

Apabila aku melihat kubangan lumpur, aku berjalan menghindarinya, terbayang olehku sepatu berlumpur dan kapet yang kotor.

Namun, anakku akan duduk di atasnya. Membayangkan bendungan, sungai yang harus diseberangi, dan cacing yang bisa diajak bermain.

Jadi, aku tidak heran kalu kita diberi anak agar dapat mengajar kita, atau kita belajar darinya. Tidak aneh apabila Tuhan mencintai anak kecil. Karena itu, nikmatilah hal-hal kecil dalam kehidupan ini, karena suatu saat nanti kau akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa sesungguhnya semua itu penting.

Senin, 07 Juli 2014

Pohon Permasalahan

0


Tukang kayu yang kugaji untuk memperbaiki rumah pertanian baru saja menyelesaikan hari pertamanya yang melelahkan. Ban mobilnya yang bocor membuatnya kehilangan 1 jam kerja, gergaji listriknya macet, dan sekarang mobil tuanya mogok, tidak bisa dijalankan.

Aku lalu mengantarkannya pulang dengan mobilku. Ia duduk mematung dan membisu. Sesampainya di halaman rumahnya, ia mengajakku masuk untuk bertemu dengan keluarganya. Ia berjalan menuju pintu dekat rumahnya, tapi kemudian ia berhenti sejenak di dekat sebuah pohon kecil, lalu menyentuh ujung cabang-cabang pohon itu dengan kedua tangannya.

Setelah itu ia mengalami perubahan yang menajubkan. Ketika membuka pintu rumah, mukanya yang kecoklatan karena terik matahari sekarang dihiasi senyum. Ia memeluk kedua anaknya yang masih kecil lalu mencium istrinya.

Ketika aku hendak pulang, ia mengantarku ke mobil. Kami melewati lagi pohon kecil itu. Aku merasa sangat penasaran lalu bertanya kepadanya tentang apa yang tadi ia lakukan.

“Oh, ini adalah pohon permasalahanku,” jawabnya. “Dalam bekerja, aku tidak bisa menghindar dari berbagai permaslahan. Namun, aku berkenyakinan, bahwa persoalanku tidak boleh menjadi persoalan istri dan anak-anakku. Karenanya, setiap kali pulang kerja, aku gantungkan semua persoalanku di pohon ini, dan mengambilnya kembali esok hari. “Anehnya,” katanya sambil tersenyum, “Setiap ku ambil lagi, permasalahan itu tampak jauh lebih mudah diatasi dibandingkan ketika kugantungkan di malam hari.”

Sabtu, 05 Juli 2014

Mangkuk Kayu

0


Seorang lelaki tua tinggal bersama anak laki-lakinya, menantu dan cucunya yang baru berusia 4 tahun. Tangan lelaki tua itu gemetaran, matanya kabur dan jalannya tertatih-tatih.

Keluarga ini selalu makan bersama di meja, namun tangan orang tua mereka yang gemetaran membuat makan menjadi pekerjaan yang sulit baginya. Pastei (pie) menggelinding dari sendoknya jatuh ke lantai. Bila ia meraih gelas, susu tumpah membasahi taplak meja. Anak dan menantunya menjadi jengkel karena kotoran yang diakibatkannya.

“Kita harus berbuat sesuatu terhadap ayah,” kata si anak “Aku sudah tidak sabar lagi melihat tumpahan susu, berisiknya kunyahan dan makanan yang jatuh ke lantai.”

Kemudian suami istri itu menyediakan meja kecil di pojok rumah. Di meja ini ayah mereka makan seorang diri. Karena sang ayah juga memecahkan satu atau dua piring, maka makanan di meja kecil ini disajikan dalam mangkuk terbuat dari kayu.

Bila keluarga ini melihat sekilas ke arah lelaki tua itu, terkadang tampak matanya berkaca-kaca selagi ia duduk sendiri. Apabila sang kakek menjatuhkan garpu atau menumpahkan makanan, mereka menegurnya dengan keras. Sang cucu yang berumur 4 tahun diam-diam menyaksikan semua kejadian itu.

Suatu petang, sebelum makan malam, sang ayah menyaksikan anaknya bermain-main dengan potongan-potongan kayu di lantai. Dengan manisnya ia bertanya, “Lagi bikin apa, Nak?”

Sang anak dengan manja menjawab, “Oh…, aku sedang membuat mangkuk kecil untuk makan Papa dan Mama bila aku sudah besar nanti.”

Anak umur 4 tahun ini tersenyum manis lalu kembali bekerja.

Kata-kata si anak menampar kedua orangtuanya sehingga mereka tak kuasa berkata-kata. Air mata mulai mengalir di pipi mereka. Meskipun keduanya tidak berbicara, tapi mereka tahu apa yang harus segera dilakukan. Malam itu juga, sang suami memegang dengan lembut tangan ayahnya lalu membimbingnya ke meja keluarga. Sejak hari itu, lelaki tua itu makan lagi bersama keluarganya. Dan suami istri itu tidak pernah lagi mempedulikan garpu yang jatuh, susu yang tumpah dan taplak meja yang kotor.

Jumat, 04 Juli 2014

Bukan Sekedar Ibu Rumah Tangga

0





Beberapa bulan yang lalu, ketika aku menjemput anak-anak di sekolah, seorang ibu yang kukenal baik menghampiriku sambil mengomel dengan penuh kemarahan.

“Tahu nggak kau, aku dan kau ini apa?” tanya dia.

Sebelum ku jawab (sebenarnya aku juga belum siap dengan jawaban) dia telah membeberkan alasannya bertanya. Tampaknya ia baru saja memperpanjang SIM di kantor County Clerk. Disana ia ditanya oleh pegawai wanita bagian administrasi tentang pekerjaannya. Emily merasa ragu dan bingung untuk menggolongkan pekerjaannya.

“Maksudku,” jelas pegawai itu, “apakah kau punya pekerjaan, atau kau hanya…?”

“Tentu aku punya pekerjaan,” sahut Emily. “Aku seorang ibu rumah tangga.”

“Kami tidak menggolongkan ibu rumah tangga sebagai pekerjaan, itu termasuk dalam istri,” kata pegawai itu dengan tegas.

Aku telah lupa pada kejadia ini sampai suatu hari aku berada dalam situasi yang sama. Kali ini aku di balai kota. Pegawai yang melayaniku jelas berpenampilan wanita karier, bersikap efisien, dan memiliki jabatan yang berwibawa seperti Pegawai Bagian Interogasi, atau Pegawai Panitera Kota.

“Apa pekerjaan Anda?” tanyanya menyelidik.

Tidak tahu apa yang menyebabkanku berbuat demikian, tiba-tiba kata-kata ini meluncur saja dari mulutku, “aku adalah Research Associate di bidang Pengembangan Anak dan Hubungan Masyarakat.”

Pegawai itu tertegun sejenak, penanya membeku di angkasa, ia melihat ke atas seakan-akan ia belum memahami benar ucapanku.

Kuulangi lagi jabatanku perlahan-lahan dengan menegaskan kata-kata yang kuanggap penting. Dengan mata lebar kutatap jabatan yang megah itu ditulisnya dengan tita hitam tebal di atas foemulir.

“Bolehkan aku bertanya,” kata pegawai itu penasaran, “apa yang kau lakukan dalam pekerjaanmu ini?”

Dengan tenang, tanpa rasa panik sedikit pun, kudengar diriku menjawab, “Aku terlibat dalam program penelitian yang berkisambungan dalam laboratorium dan di lapangan (dalam keadaan nor,al akan kukatakan didalam rumah dan diluar rumah). Aku bekerja untuk majikanku (yakni seluruh anggota keluarga) dan aku telah mendapat penghargaan karena 4 keberhasilanku (semuanya anak perempuan). Sedah barang tertentu, pekerjaan ini sangat penting dan berat bagi kemanusiaan (adakah kaum ibu yang tidak setuju?). aku sering harus berjaga 14 jam sehari (sesungguhnya lebih tepat 24 jam sehari). Pekerjaan ini penuh tatangan dibanding dengan kebanyakan karier yang ada, dan penghasilan lebih banyak berupa kepuasan ruhani ketimbang uang”.

Sampai disini, nuansa penghormatan mulai terdengar dalam nada bicara pegawai itu ketika ia menyelesaikan isian dalam formulirnya. Ia kemudian berdiri da mengantarkanku sampai ke pintu depan.

Sewaktu mengendarai mobil pulang, aku merasa senang dan bangga dengan jabatanku yang megah itu. Sesampainya di rumah aku disambut oleh asisten laboratoriumku yang berumur 13,7 dan 3 tahun. Dan loteng terdengar hasil eksperimen baruku (umur 6 bulan) yang masih dalam taraf program pengujian pengembangan anak dalam pola suara baru. Aku merasa menang. Aku telah mengalahkan birokrasi. Dalam catatan pegawai itu aku menjadi seorang yang terhormat dan sangat dibutuhkan bagi umat manusia, bukan hanya sekedar ibu rumah tangga.

Kamis, 03 Juli 2014

Anak Laki-Laki dan Pohon Apel

0



Dahulu kala ada sebuah pohon apel yang besar. Setiap hari, seorang anak laki-laki kecil mendatangi pohon itu dan bermain di sekelilingnya. Ia memanjat puncaknya, makan buahnya dan tidur di naungannya. Ia mencintai pohon itu, dan pohon itu pun senang bermain-main dengannya.

Waktu berjalan, si anak tumbuh lebih besar. Ia tidak lagi bermain-main di bawah pohon itu setiap hari. Suatu hari si anak mendatangi pohon dengan wajah sedih.

“Mari kita bermain,” kata pohon apel.

“Aku sudah bukan anak-anak lagi, aku tidak bermain-main di bawah pohon,” kata si anak. “Aku ingin punya mainan. Aku butuh uang untuk membelinya.”

“Maaf, aku tidak punya uang, tapi kau dapat memetik semua buahku lalu menjualnya.”

Anak itu menjadi sangat senang. Lalu ia memetik semua apel yang bergantungan di pohon, kemudian pergi dengan perasaan gembira.

Setelah itu, si anak tidak kembali lagi. Pohon apel merasa sedih. Suatu hari, si anak kembali dan pohon apel merasa sangat gembira.

“Mari kita bermain-main,” ajak pohon apel

“Aku tidak punya waktu. Aku harus bekerja untuk menghidupi keluargaku. Kami butuh rumah untuk berteduh. Dapatkah kau membantuku?” kata si anak.

“Maaf, aku tidak punya rumah, tapi kau dapat memotong dahan-dahanku untuk membangun rumahmu.”

Si anak lalu memotong semua cabang pohon dan pergi dengan perasaan gembira. Sang pohon juga merasa bahagia bisa membantu. Namun, setelah itu si anak tidak pernah datang lagi. Sang pohon merasa kesepian dan sedih.

Di musim panas, si anak kembali datang, dan pohon pun merasa sangat senang.

“Kemarilah … mainlah denganku!” kata pohon.

“Aku sedih. Aku sekarang semakin tua. Aku ingin sekali berlayar untuk menikmati hari ruaku. Dapatkah kau memberiku perahu?”

“Gunakanlah batangku untuk membuat perahu. Kau dapat berlayar jauh dan menikmati hari-hari bahagia!”

Lalu si anak memotong batang pohon untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan lama tidak kembali. Akhirnya, setelah sekian banyak tahun lewat, si anak kembali.

“Nak, maafkan aku, aku tidak punya apa-apa lagi untukmu sekarang. Tidak ada lagi apel untukmu . . ., “ kata pohon apel.

“Aku sudah tidak punya gigi lagi untuk menggigit,” kata si anak.

“Aku tidak punya batang lagi untuk dipanjat.”

“Aku terlalu tua untuk memanjat.”

“Aku benar-benar tidak memiliki apa-apa kecuali akar-akarku yang sekarang sekarat,” kata pohon dengan sedih.

“Aku sekarang juga tidak butuh yang macam-macm, aku hanya butuh tempat istirahat. Aku merasa lelah setelah melewatkan tahun-tahun itu,” jawab si anak.

“Baiklah kalau demikian. Akar pohon tua adalah tempatt yang baik untuk bersandar dan beristirahat. Kemarilah…, duduklah bersamaku. Istirahatlah!”

Si anak lalu duduk. Dan sang pohon tersenyum bahagia, meneteskan air mata.

***

Pohon apel itu ibarat orang tua kita. Ketika waktu kecil kita senang bermain dengan ayah dan ibu kita. Setelah dewasa, kita tinggalkan mereka. Kita hanya mengunjungi orang tua kita ketika membutuhkan bantuan mereka, atau ketika dalam kesulitan. Apapun yang terjadi pada kita, kedua orang tua kita selalu ada di samping kita dan siap memberikan segalanya demi kebahagiaan kita.

Dalam cerita di atas, si anak tampak telah berlaku kejam terhadap pohon, tetapi demikianlah kebanyakan kita tidak mensyukuri keberadaan orang tua kita. Oleh karena itu, jangan lupakan pentingnya keberadaan orang tua kalian, jangan kalian anggap keberadaan mereka biasa-biasa saja. Mereka tidak akan berada di sisi kalian selamanya.

KEBERSAMAAN

0


Seorang anak bertanya kepada ayahnya, “Ayah, berapa penghasilanmu 1 jam?”

Mendengar pertanyaan ini sang ayah marah lalu berkata dengan kasar, “Jangan ganggu aku!”

Sang ayah baru saja pulang kerja dalam keadaan capek dan wajah muram. Namun, anaknya bersikeras dengan pertanyaannya, “Ayah berapa penghasilanmu, tolong jawab…!”

Dengan suara tidak menyenangkan dia menjawab, “Delapan dolar satu jam.”

“Ayah boleh tidak, aku pinjam 4 dolar?”

“Aku sudah berkata, jangan ganggu aku! Diam dan pergilah ke kamarmu!” bentak ayahnya.

Memasuki saat tidur malam, sang ayah sudah merasa agak tenang. Ia menyesali perlakuannya tadi, lalu pergi ke loteng menuju kamar anaknya.

“Kau sudah tidur?” tanya ayahnya.

Ia lalu memberi anaknya 4 dolar yang tadi hendak dipinjamnya. Anaknya mengucap terima kasih, lalu ia meyisipkan tangannya ke bawah bantal dan mengeluarkan dari bawahnya uang 4 dolar yang tampak kusut. “Sekarang aku punya 8 dolar! Ayah, bolehkah aku membeli sejam saja dari waktumu?”

Minggu, 18 Mei 2014

Kejadian Kejepit Paling Aneh di Dunia

0


1. Terjepit di tembok


Seorang narapidana di Brazil berupaya melarikan diri dari penjara. Ia menggunakan pipa untuk menghancurkan dinding beton dan membuat lubang untuk kabur. Ah, ternyata lubangnya kurang besar bagi pria gendut ini, akhirnya terjebak, deh. Para penjaga yang melihatnya langsung tertawa terbahak-bahak. Walau akhirnya pria ini bebas berkat bantuan palu godam dari petugas Dankar, tetap saja rasa malu akan terus membekas seumur hidup. Karena, fotonya tersebar ke mana-mana.

2. Terjepit di toilet


Entah bagaimana caranya, kok bisa-bisanya pria ini terjebak di sebuah toilet di Claremont, Cape Town, Afrika Selatan. Menurut saksi mata, terdengar teriakan panik dari dalam toilet. Dan, dibutuhkan waktu sekitar 40 menit bagi pihak keamanan untuk menolongnya.

3. Kepala terjepit di kursi

Tahun 2005 silam, Jimmy Skufka, siswa kelas empat di Sekolah Dasar Turtleville terjepit kepalanya di sebuah kursi. Kabarnya sih, Jimmy sedang bermain jadi Anakin Skywalker (tokoh Starwars) lalu menjulurkan kepalanya ke lubang kursi agar terlihat seolah kursi jadi perisai tubuh. Akhirnya kejepit, deh. Terpaksa petugas Dankar datang menolong. Wah, tokoh hebat masa depan kok harus ditolong petugas...

4. Terjepit di Poros Udara

Mungkin terlalu banyak melihat film-film Hollywood sehingga perampok ini mencoba merampok apotek lewat poros udara. Apa daya, ia malah terjebak dan... menangis minta tolong! Setelah terjebak selama 10 jam. Jeffery Mumani, sang perampok ini hanya menderita luka ringan sekaligu tentunya dakwaan pencurian.

5. Terjepit di kursi balita

Ada seorang pria kurang kerjaan saat makan di sebuah gerai McDonald, Irlandia. Ia memilih duduk di kursi tinggi yang dirancang untuk bayi dan balita. Tentua saja ia terjepit, tidak bisa keluar. Terpaksa deh, polisi dipanggil untuk membantunya keluar dari kursi tersebut.

6. Terjepit di cerobong asap

Seorang anak 17 tahun di Georgia, USA mencoba turun dari cerobong asap bergaya sinter klas. Namun, apa yang terjadi? Ia harus terjebak di dalamnya selama 12 jam! Setelah petugas dipanggil untuk menyelamatkan, barulah ketahuan kalau Renaldo Jack ini berupaya merampok rumah tersebut.

7. Terjepit di mesin permen 

Peringatan: jangan terlalu rakus bila sangat doyan sesuatu. Pelajaran ini mungkin cocok bagi Cohen Stone, balita berusia 2 tahun di Austalia yang ingin mengambil semua permen. Cohen merangkak masuk melalui pintu kecil ke dalam mesin permen, dan akhirnya sukses terjebak di dalamnya. Terpaksa orang tua Cohen memanggil seorang tukang kunci untuk membebaskannya.