Jumat, 11 Juli 2014

FAMILY

0


Aku menabrak seseorang yang tidak kukenal yang sedang lewat. Aku berkata, “Oh, maafkan aku.” Ia berkata, “Maafkan juga aku. Aku tidak melihatmu.”

Kami saling bersikap sangat sopan; aku dan orang yang tidak kukenal itu. Kemudian kami saling mengucap selamat tinggal dan melanjutkan perjalanan.

Peristiwa di atas bila terjadi di rumah akan menjadi sangat berbeda. Renungkan bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita cintai; tua maupun muda!

Masih di hari yang sama, malam itu aku memasak makan malam. Anak perempuanku diam-diam berdiri di sebelahku. Ketika berbalik, aku hampir saja menabraknya.

“Menyingkirlah kau,” bentakku sambil mengernyitkan alis.

Ia pun pergi dengan membawa luka di hati. Aku tidak sadar betapa aku telah berkata sangat kasar kepadanya.

Malam itu ketika aku berbaring di tempat tidur, terdengar suara lembut Tuhan, “Ketika berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kau bersikap sangat santun. Tapi terhadap anakmu sendiri, kau berlaku kejam. Coba lihatlah di lantai dapur, kau akan mendapati beberapa kuntum bunga tergeletak dekat pintu. Itu adalah bunga yang akan diberikan kepadamu. Anakmu memetiknya sendiri; merah muda, kuning, dan biru. Ia sengaja berdiri diam-diam di sebelahmu untuk memberikan kejutan. Kau bahkan tidak melihat matanya basah berkaca-kaca.”

Saat itu aku merasa sangat kerdil, dan air mataku mulai berjatuhan. Perlahan-lahan aku pergi ke kamarnya, lalu berlutut di dekat tempat tidurnya.

“Bangun, anak kecil, bagunlah,” kataku lembut. “Apakah bunga-bunga ini kau petik untukku?”

Ia tersenyum, “Aku melihatnya di luar di dekat pohon lalu memetiknya karena bunga-bunga itu cantik sepertimu. Aku tahu kau pasti menyukainya, terutama yang biru.”

“Anakku, aku menyesal atas sikapku tadi. Tidak seharusnya aku berteriak kepadamu seperti itu,” kataku.

“Tidak apa-apa, Mama. Aku tetap mencintaimu.”

“Anakku, aku juga mencintaimu. Aku memang suka bunga-bunga itu, terutama yang berwarna biru.”

***

Sadarlah kau, apabila kita mati esok, perusahaan tempat kita bekerja dapat dengan mudah mencari pengganti kita dalam waktu beberapa hari saja. Namun, keluarga yang kita tinggalkan akan merasa kehilangan sepanjang hidup mereka. Meski demikian, kita lebih banyak mencurahkan segenap yang ada pada kita untuk pekerjaan, bukan untuk keluarga. Sungguh investasi yang tidak bijaksana.

Pesan apa yang dapat kau tangkap di balik cerita ini?

Tahukah kau kepanjangan dari kata family (keluarga)?

FAMILY = [F]ather [A]nd [M]other, [I] [L]ove [Y]ou! (Ayah dan Ibu, aku cinta kepadamu!)

0 komentar:

Posting Komentar