Kamis, 07 Agustus 2014

Siapa Tahu Nasib Seseorang?

0



Konon dahulu kala, ada seorang petani yang memiliki seorang anak dan seekor kuda. Suatu hari, kuda petani itu lepas entah kemana. Para tetangganya menghibur agar si petani tidak bersedih tentang kudanya yang lepas tersebut. Mereka berkata, “Alangkah malang nasibmu wahai petani, kudamu satu-satunya telah lepas entah kemana!”

Si petani menjawab, “Siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.”

“Tentu saja itu adalah nasibmu yang malang,” kata para tetangganya.

Seminggu kemudian, kuda petani itu tiba-tiba saja pulang dengan sendirinya dan diikuti 20 ekor kuda liar. Para tentangganya datang untuk memberi selamat, “Alangkah mujur nasibmu, kudamu telah pulang, bahkan membawa 20 ekor kuda lain.”

Si petani berkata, “Siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.”

Hari berikutnya, anak si petani menunggang salah satu kuda liat tersebut. Ia terjatuh dari kuda dan patah kakinya.

Para tetangga datang menghibur. Mereka berkata “Alangkah malang nasibmu.”

Petani itu berkata, “Siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.”

Sebagian dari tetangga mulai jengkel lalu mereka berkata, “Tentu saja itu suatu kemalangan, dasar orang tua bodoh!!!”

Seminggu kemudian, sepasukan tentara datang ke desa itu, mendaftar semua pemuda yang layak untuk diterjunkan dalam medang perang yang letaknya sangat jauh dari desa itu. Anak si petani yang patah kakinya tidak terdaftar. Pata tetangga datang untuk mengucapkan selamat, “Alangkah mujurnya nasib anakmu. Ia tidak masuk daftar wajib militer.”

Si petani berkata, “Siapa dapat mengetahui kemujuran seseorang?!”

***

Kita habiskan umur untuk memikirkan semuanya. “Ini baik . . . . itu buruk . . . .” Sebenarnya perbuatan itu sia-sia. Kita memberi label bahwa suatu kejadian adalah malapetaka, padahal kita hanya melihat satu persen dari kejadian seutuhnya.


0 komentar:

Posting Komentar