Jumat, 04 Juli 2014

Bukan Sekedar Ibu Rumah Tangga

0





Beberapa bulan yang lalu, ketika aku menjemput anak-anak di sekolah, seorang ibu yang kukenal baik menghampiriku sambil mengomel dengan penuh kemarahan.

“Tahu nggak kau, aku dan kau ini apa?” tanya dia.

Sebelum ku jawab (sebenarnya aku juga belum siap dengan jawaban) dia telah membeberkan alasannya bertanya. Tampaknya ia baru saja memperpanjang SIM di kantor County Clerk. Disana ia ditanya oleh pegawai wanita bagian administrasi tentang pekerjaannya. Emily merasa ragu dan bingung untuk menggolongkan pekerjaannya.

“Maksudku,” jelas pegawai itu, “apakah kau punya pekerjaan, atau kau hanya…?”

“Tentu aku punya pekerjaan,” sahut Emily. “Aku seorang ibu rumah tangga.”

“Kami tidak menggolongkan ibu rumah tangga sebagai pekerjaan, itu termasuk dalam istri,” kata pegawai itu dengan tegas.

Aku telah lupa pada kejadia ini sampai suatu hari aku berada dalam situasi yang sama. Kali ini aku di balai kota. Pegawai yang melayaniku jelas berpenampilan wanita karier, bersikap efisien, dan memiliki jabatan yang berwibawa seperti Pegawai Bagian Interogasi, atau Pegawai Panitera Kota.

“Apa pekerjaan Anda?” tanyanya menyelidik.

Tidak tahu apa yang menyebabkanku berbuat demikian, tiba-tiba kata-kata ini meluncur saja dari mulutku, “aku adalah Research Associate di bidang Pengembangan Anak dan Hubungan Masyarakat.”

Pegawai itu tertegun sejenak, penanya membeku di angkasa, ia melihat ke atas seakan-akan ia belum memahami benar ucapanku.

Kuulangi lagi jabatanku perlahan-lahan dengan menegaskan kata-kata yang kuanggap penting. Dengan mata lebar kutatap jabatan yang megah itu ditulisnya dengan tita hitam tebal di atas foemulir.

“Bolehkan aku bertanya,” kata pegawai itu penasaran, “apa yang kau lakukan dalam pekerjaanmu ini?”

Dengan tenang, tanpa rasa panik sedikit pun, kudengar diriku menjawab, “Aku terlibat dalam program penelitian yang berkisambungan dalam laboratorium dan di lapangan (dalam keadaan nor,al akan kukatakan didalam rumah dan diluar rumah). Aku bekerja untuk majikanku (yakni seluruh anggota keluarga) dan aku telah mendapat penghargaan karena 4 keberhasilanku (semuanya anak perempuan). Sedah barang tertentu, pekerjaan ini sangat penting dan berat bagi kemanusiaan (adakah kaum ibu yang tidak setuju?). aku sering harus berjaga 14 jam sehari (sesungguhnya lebih tepat 24 jam sehari). Pekerjaan ini penuh tatangan dibanding dengan kebanyakan karier yang ada, dan penghasilan lebih banyak berupa kepuasan ruhani ketimbang uang”.

Sampai disini, nuansa penghormatan mulai terdengar dalam nada bicara pegawai itu ketika ia menyelesaikan isian dalam formulirnya. Ia kemudian berdiri da mengantarkanku sampai ke pintu depan.

Sewaktu mengendarai mobil pulang, aku merasa senang dan bangga dengan jabatanku yang megah itu. Sesampainya di rumah aku disambut oleh asisten laboratoriumku yang berumur 13,7 dan 3 tahun. Dan loteng terdengar hasil eksperimen baruku (umur 6 bulan) yang masih dalam taraf program pengujian pengembangan anak dalam pola suara baru. Aku merasa menang. Aku telah mengalahkan birokrasi. Dalam catatan pegawai itu aku menjadi seorang yang terhormat dan sangat dibutuhkan bagi umat manusia, bukan hanya sekedar ibu rumah tangga.

0 komentar:

Posting Komentar