Selasa, 12 Agustus 2014

Kehidupan Di Desa

0



Suatu hari seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya membawa anaknya ke desa untuk menunjukkan kepadanya kehidupan orang-orang miskin. Mereka tinggal beberapa hari di rumah seorang petani miskin. Sekembalinya dari desa, sang ayah bertanya kepada anaknya, “Bagaimana menurutmu perjalanan kita ini?”

“Hebat, Ayah,” kata anaknya.

“Apakah kau melihat bagaimana orang-orang miskin itu hidup?”

“Ya.”

“Lalu pelajaran apa yang dapat kau ambil dari perjalanan itu?” tanya ayahnya dengan bangga.

“Aku baru sadar bahwa kita punya dua anjing sedangkan mereka punya empat. Kita punya kolam renang yang luasnya sampai tengah kebun, sedang mereka mempunyai sungai yang tak memiliki ujung. Kita mengimpor lentera untuk kebun kita, mereka memiliki bintang-bintang di malam hari. Teras kita sampai halaman depan, sedang mereka memiliki seluruh Horizon. Kita memiliki tanah tempat tinggal yang kecil, mereka memiliki halaman sejauh mata memandang. Kita mempunyai pembantu-pembantu yang melanyani kita, sedang mereka memberikan pelayanan kepada orang lain. Kita membeli makanan kita, mereka memetik sendiri makanan mereka. Kita memiliki pagar yang mengelilingi dan melindungi kekayaan kita, mereka memiliki teman yang melindungi mereka.”

Sampai disini, sang ayah tak bisa berkata apa-apa. Kemudian anaknya menambahkan, “Ayah, terimah kasih, engkau telah menunjukkan betapa miskinnya kita.”

***

Kita sering kali lupa pada segala yang kita meliki dan memusatkan perhatian hanya pada apa-apa yang tidak kita miliki.

Benda-benda yang tidak berniali di mata kita bisa jadi merupakan barang berharga di mata orang lain. Semua itu tergantung pada perspektif seseorang. Banyangkan apa yang terjadi bila kita semua mensyukuri karunia yang telah kita peroleh daripada merasa gelisah karena menghendaki lebih banyak.

Nikmatilah segala yang telah kau miliki, perhatikan kekayaan (nilai) yang terkandung di dalamnya.

0 komentar:

Posting Komentar